TUGAS MAKALAH
MATERI KULIAH CIVIC EDUCATION
“KONDISI MASYARAKAT INDONESIA DALAM PERJALANAN
SEJARAH”
Kelompok 1
-
Endah
SW
-
Cicah
Marsiah
-
Winda
Karlina
-
Siti
Nur Ajijah
-
Regina
Apriyanti
-
Zahid
Ali Hamdi
-
Adam
Jl. Mayjen H.E. Sukma Km. 11 Cikereteg, Caringin - Bogor 16730
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi nikmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Civic
Education ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian
mata kulian Civic Education yang berjudul “KONDISI MASYARAKAT INDONESIA
DALAM PERJALANAN SEJARAH”.
Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan
dan mengkaji materi Civic Education dari berbagai reverensi serta mengambil
literatur dari internet, kami gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah
yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan keritik dan saran dari rekan-rekan.
September, 2013
Penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
“Kondisi Masyarakat Indonesia Dalam Perjalanan Sejarah” ini berisi tentang kondisi masyarakat Indonesia dimulai dari zaman penjajahan sampai sekarang dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan lain-lain.
Pada zaman penjajahan, kondisi masyarakat Indonesia sangatlah terpuruk dalam kemiskinan, kebodohan dan juga keterbelakangan yang berkepanjangan. Dengan keadaan ini masyarakat Indonesia dirugikan dalam hal lain juga yaitu mental dan fisik. Dengan mental dan fisik yang telah punah/mengendur, maka semakin sulit untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Sehingga penjajahan di Indonesia berlangsung sangat lama dan tidak sedikit pula yang menjadi korban kekejaman penjajah.
Oleh karena itu setelah kemerdekaan, pemerintahan berusaha memperbaiki tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Dimulai dari Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi sampai sekarang. Maka dari itu kami membahas tentang kondisi masyarakat Indonesia dalam perjalanan sejarah.
B.
PERUMUSAN
MASALAH
1. Kondisi Bangsa Indonesia Melawan Penjajah
2.
Kondisi Bangsa Indonesia Sesudah Kemerdekaan
(Orde Baru dan Orde Lama)
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAHAN
Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Era
Penjajahan Dan Kaitannya Dengan Kemerdekaan RI Perkembangan globalisasi
ditandai dengan kuatnya pengaruh lembaga-Iembaga kemasyarakatan internasional,
negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan perpolitikan, perekonomian,
sosial budaya dan pertahanan dan keamanan global. Kondisi ini akan menumbuhkan
berbagai konflik kepentingan, baik antar negara maju dengan Negara-negara
berkembang maupun antar sesama negara berkembang serta lembaga-Iembaga internasional.
Disamping hal tersebut adanya issu global yang meliputi demokratisasi, hak asasi
manusia dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.
Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunikasi dan
trnasportasi, sehingga dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi kampung
sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur
baru yaitu struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, serta akan
mempengaruhi juga daiam berpola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia
sehingga akan mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia.
Dari uraian tersebut di atas, bahwa semangat
perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual yang melahirkan
kekuatan yang luar biasa dalam masa Perjuangan Fisik. Dalam menghadapi
globalisasi dan menatap masa depan untuk mengisi kemerdekaan diperlukan
Perjuangan Non Fisik sesuai dengan bidang tugas dan profesi masing-masing yang dilandasi
nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga memiliki wawasan dan
kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka Perjuangan Non Fisik sesuai bidang
tugas dan profesi masing-masing wawasan atau cara pandang bangsa Indonesia
yaitu wawasan kebangsaan atau Wawasan Nasional yang diberi nama Wawasan
Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan
dari setiap aspek kehidupan bangsa untuk mencapai tujuan nasional. Sedang hakekat
Wawasan Nusantara adalah keutuhan Nusantara atau Nasional dengan pengertian cara
Pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup Nusantara dan demi
kepentingan nasional.
Atas dasar pemikiran dari perjalanan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai semangat perjuangan
yang dilaksanakan dengan perjuangan Fisik dan wawasan Nusantara yang merupakan
pancaran nilai dari ideoiogi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, sehingga dalam mengisi kemerdekaan diperlukan Perjuangan Non Fisik
sesuai bidang tugas dan profesi masing-masing di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional.
Dengan demikian anak-anak bangsa sebagai
generasi penerus akan memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang
tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta tidak
akan mengarah ke disintegrasi bangsa, karena hanya ada satu Indonesia yaitu NKRI
adalah SATU INDONESIA SATU.
Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia
a.
Sejarah
Perjuangan Bangsa
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang
dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan dilanjutkan dengan era merebut
dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era mengisi kemerdekaan,
menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi
dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan
kesamaan nilai-nilai semangat kebangsaan kejuangan yang senantiasa tumbuh dan
berkembang yang dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya
itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya NKRI dalam wadah Nusantara.
b.
Era
Sebelum Penjajahan
Sejak tahun 400 Masehi sampai dengan tahun
1617, kerajaan-kerajaan yang ada di Bumi Persada Nusantara adalah kerajaan
Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kediri, Singasari, Majapahit, Samudera Pasai,
Aceh, Demak, Mataram, Goa dan lain-Iainnya, merupakan kerajaan-kerajaan yang
terbesar di seluruh Bumi Persada Nusantara. Nilai yang terkandung pada era
sebelum penjajahan adalah rakyat yang patuh dan setia kepada rajanya membendung
penjajah dan menjunjung tinggi kehormatan dan kedaulatan sebagai bangsa
monarchi yang merdeka di bumi Nusantara.
c.
Era
Selama Penjajahan
Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing mulai
tahun 1511 sampai dengan 1945 yaitu bangsa Portugis, Belanda, inggris dan
Jepang. Selama penjajahan peristiwa yang menonjol adalah tahun 1908 yang
dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional Pertama, yaitu lahirnya organisasi
pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Sutomo Dan Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Dan 20 tahun kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 ditandai dengan
lahirnya Sumpah Pemuda sebagai titik awal dari kesadaran masyarakat untuk berbangsa
Indonesia, dimana putra putri bangsa Indonesia berikrar : “BERBANGSA SATU, BERTANAH
AIR SATU, DAN BERBAHASA SATU : INDONESIA”. Pernyataan ikrar ini mempunyai
nilai tujuan yang sangat strategis di masa depan yaitu persatuan dan kesatuan Indonesia.
Niiai yang terkandung selama penjajahan adalah Harga diri, solidaritas,
persatuan dan kesatuan, serta jati diri bangsa.
d.
Era
Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan
Dimulai dari tahun 1942 sampai dengan tahun
1949; dimana pada tanggal 8 Maret 1948 Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang melalui Perjanjian Kalijati. Selama penjajahan Jepang pemuda-pemudi
Indonesia dilatih dalam olah kemiliteran dengan tujuan untuk membantu Jepang
memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pelatihan tersebut melalui Seinendan,
Heiho, Peta dan lain-lain, sehingga pemuda Indonesia sudah memiliki bekal kemiliteran.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu disebabkan dibom
atomnya kota Hirosima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang kepada Sekutu dan kekosongan
kekuasaan yang terjadi di Indonesia digunakan dengan sebaik-baiknya oleh para pemuda
Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Dengan semangat juang yang tidak kenal menyerah
yang dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta keikhlasan berkorban
telah terpatri dalam jiwa para pemuda dan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaannya,
yang kemudian diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta.
Setelah merdeka bangsa Indonesia harus menghadapi Belanda yang ingin menjajah
kembali Indonesia dengan melancarkan aksi militernya pada tahun 1948 (Aksi Militer
Belanda Pertama) dan tahun 1948 (Aksi Militer Belanda Kedua), dan pemberontakan
PKI Madiun yang didalangi oleh Muso dan Amir Syarifuddin pada tahun 1948. Era
merebut dan mempertahankan kemerdekaan mengandung nilai juang yang paling kaya
dan lengkap sebagai titik kulminasinya adalah pada perang Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan adalah sebagai berikut :
1.
Nilai kejuangan relegius (iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa).
2.
Nilai kejuangan rela dan ikhlas berkorban.
3.
Nilai kejuangan tidak mengenal menyerah.
4.
Nilai kejuangan harga diri.
5.
Nilai kejuangan percaya diri.
6.
Nilai kejuangan pantang mundur.
7.
Nilai kejuangan patriotisme.
8.
Nilai kejuangan heroisme.
9.
Nilai kejuangan rasa senasib dan
sepenanggungan.
10. Nilai
kejuangan rasa setia kawan.
11. Nilai kejuangan
nasionalisme dan cinta tahah air
12. Nilai
kejuangan persatuan dan kesatuan.
e.
Era
Mengisi Kemerdekaan.
Pada awal mengisi kemerdekaan timbul berbagai
masalah antara lain timbul pergantian kabinet sebanyak 27 kali dan terjadinya
berbagai pemberontakan-pemberontakan seperti: DIITII, APRA, RMS, Andi Azis,
Kahar Muzakar, PRRI/Permesta, dan lain-lain serta terjadinya berbagai
penyimpangan dalam penyelenggaraan negara sehingga timbul Dekrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali pada UUD 1945, penyimpangan yang sangat
mendasar adalah mengubah pandangan hidup bangsa Indonesia Pancasila menjadi ideologi
Komunis, yaitu dengan meletusnya peristiwa G30S/PKI. Peristiwa ini dapat segera
ditumpas berkat perjuangan TNI pada waktu itu bersama-sama rakyat, maka lahir
Orde Baru yaitu kembali kepada tatanan kehidupan yang baru dengan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara mumi dan konsekuen.
Selama Orde Baru pembangunan berjalan lancar,
tingkat kehidupan rakyat perkapita naik, namun penyelenggaraan negara dan
rakyat bermental kurang baik sehingga timbul korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) mengakibatkan krisis keuangan, krisis ekonomi dan krisis moneter serta
akhimya terjadi krisis kepercayaan yang ditandai dengan turunnya Kepemimpinan
Nasional, kondisi tersebut yang menjadi sumber pemicu terjadinya gejolak
sosial. Kondisi demikian ditanggapi oleh mahasiswa dengan aksi-aksi dan tuntutan
“Reformasi”, yang pada hakekatnya reformasi adalah perubahan yang teratur, terencana,
terarah dan tidak merubah/menumbangkan suatu yang sifatnya mendasar Nilai yang
terkandung pada era mengisi kemerdekaan adalah semangat dan tekad untuk mencerdaskan
bangsa, mengentaskan kemiskinan dan memerangi keterbelakangan, kemandirian,
penguasaan IPTEK serta daya saing yang tinggi berdasarkan pada Pancasila dan UUD
1945 sehingga siap menghadapi abad ke-21 dalam era globalisasi.
Dari uraian tersebut diatas bahwa sejarah
perjuangan bangsa memiliki peranan dalam memberikan kontribusi niJai-niiai
kejuangan bangsa dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan untuk tetap utuh
dan tegaknya NKRI yaitu SATU INDONESIA SATU. Proses Bangsa Yang Menegara. Proses
bangsa menegara adalah suatu proses yang memberikan gambaran tentang bagaimana
terbentuknya bangsa, di mana sekelompok manusia yang ada di dalamnya merasakan
sebagai bagian dari bangsa dan terbentuknya negara merupakan organisasi yang
mewadahi bangsa serta dirasakan kepentingannya oleh bangsa itu, sehingga tumbuh
kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara melalui upaya
Bela Negara. Dalam rangka upaya Bela Negara agar dapat terlaksana dengan baik
apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindak/perilaku bangsa yang berbudaya
sebagai dorongan/motivasi adanya keinginan untuk sadar Bela Negara sebagai
berikut: Bangsa Yang Berbudaya, artinya bangsa yang mau melaksanakan hubungan
dengan penciptanya “Tuhan” disebut Agama. Bangsa Yang Mau Berusaha, untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya disebut Ekonomi. Bangsa Yang Mau Berhubungan Dengan
lingkungan, berhubungan sesamanya dan alam sekitarnya disebut Sosial. Bangsa
Yang Mau Berhubungan Dengan Kekuasaan, disebut Politik. Bangsa Yang Mau Hidup
Aman Tenteram dan Sejahtera, berhubungan dengan rasa kepedulian dan ketenangan
serta kenyamanan hidup dalam negara disebut Pertahanan dan Keamanan.
Pada zaman modern adanya negara lazimya
dibenarkan oleh anggapan-anggapan atau pandangan kemanusiaan. Demikian pula
halnya menurut bangsa Indonesia, sebagaimana dirumuskan di dalam Alinea Pertama
Pembukaan UUD 1945, adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah karena
kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga penjajahan, yang bertentangan
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan harus dihapuskan. Apabila “dalil” ini
kita analisis secara teoritis, maka hidup berkelompok “baik bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi sesama manusia (penjajahan)
harus berperikemanusiaan dan harus berperikeadilan. Inilah teori pembenaran paling
mendasar dari pada bangsa Indonesia tentang bernegara. Hal yang kedua yang memerlukan
suatu analisa ialah bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, mengapa dalam
penerapannya sering timbul pelbagai ragam konsep bernegara yang kadang-kadang dapat
saling bertentangan. Perbedaan konsep tentang negara yang dilandasi oleh
pemikiran ideologis adalah penyebab utamanya, sehingga perlu kita pahami
filosofi ketatanegaraan tentang makna kebebasan atau kemerdekaan suatu bangsa
dalam kaitannya dengan ideologinya.
Namun di dalam penerapannya pada zaman modern,
teori yang universal ini didalam kenyataannya tidak diikuti orang. Kita
mengenal banyak bangsa yang menuntut wilayah yang sama, demikian pula halnya
banyak pemerintahan yang menuntut bangsa yang sama. Orang kemudian beranggapan
bahwa pengakuan dari bangsa lain, memerlukan mekanisme yang memungkinkan hal
tersebut adalah lazim disebut proklamasi kemerdekaan suatu negara.
Perkembangan pemikiran seperti ini mempengaruhi
pula perdebatan di dalam PPKI, baik didalam membahas wilayah negara maupun di
dalam merumuskan Pembukaan UUD 1945 yang sebenarnya direncanakan sebagai naskah
Proklamasi. Oleh karena itu merupakan suatu kenyataan pula bahwa tidak satupun
warga negara Indonesia yang tidak menganggap bahwa terjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah pada waktu Proklamasi 17 Agustus 1945, sekalipun ada
pihak-pihak terutama luar negeri yang beranggapan berbeda dengan dalih teori
yang universal.
B.
KONDISI
MASYARAKAT INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN
1. Periode
Orde Lama (1945 – 1966)
Pada
Orde Lama lebih banyak konflik politiknya dari pada agenda ekonominya yaitu
konflik kepentingan antara kaum borjuis, militer, PKI, parpol dan
kelompok-kelompok nasional lainnya. Kondisi ekonomi masyarakat IndOnesia saat
itu sangat parah dengan ditandai tingginya inflasi, yaitu mencapai 732 % antara
1964–1966.
Pada
masa Orde Lama, mayoritas masyarakat Indonesia pribumi masih tetap bekerja
sebagai petani, hanya sedikit kaum elit politik (kaum elit terpelajar dan
militer) yang menguasai negara.
Elit
politik itu berperan sebagai birokrat negara tanpa basis ekonomi, tak ada
pengusaha pribumi yang berarti dan tak ada borjuasi yang berperan dalam
ekonomi, bahkan yang menguasai perdagangan Indonesia. Hal tersebut membuat
kondisi masyarakat Indonesia dalam hal ekonomi menjadi semakin terpuruk.
Dalam
hal pendidikan, kondisi masyarakat Indonesia saat itu masih ditata. Hal
tersebut dimulai dengan dibentuknya lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi-
organisasi seperti Budi Utomo, Serikat Islam, IP, dan lain- lain.
2. Periode
Orde Baru (1966 – 1998)
Pada
masa Orde Baru, pemerintah mampu membangun dan mengendalikan inflasi serta membuat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak membuat kondisi masyarakat Indonesia bebas dari kemiskinan, hal tersebut dikarenakan
pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati segelintir orang saja yaitu orang
orang yang memiliki kekuasaan.
Kemudian
munculah dampak-dampak negatif pada kondisi perekonomian masyarakat Indonesia
yaitu ketergantungan terhadap minyak dan gas bumi (migas) dan juga ketergantungan
terhadap bantuan luar negeri. Akan tetapi pada masa Orde Baru masih banyak hal
positif dari kepemimpinan Soeharto yaitu BBM dan sembako yang murah, keamanan terjamin
dan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia saat itu stabil. Sistem pembangunannya
pun terencana yaitu yang dikenal dengan Repelita. Repelita ini dilakukan dalam
Orde Baru selama lima kali. Repelita I (1 April 1969 - 31 Maret 1974)
memfokuskan pada sektor pertanian dan menjadikan industri sebagai penunjang sektor
pertanian. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) tetap fokus pada sektor
pertanian dan pembuatan mesin setengah jadi. Repelita III (1 April 1979 - 31
Maret 1984) bidang pertanian menuju swasembada pangan dan industrialisasi
membuat mesin jadi. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989) bidang pertanian
tetap menuju ke swasembada pangan dan membuat mesin- mesin ringan dan berat.
Repelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994) pertanian memantapkan swasembada
pangan dan mencetak mesin-mesin yang berat dan ringan serta mencetak tenaga
kerja.
Dalam
hal pendidikan juga relatif murah. Pada waktu itu, biaya pendidikan masih terjangkau
oleh kebanyakan rakyat. Pada Orde Baru juga banyak membuka lapangan kerja
terutama di perkotaan dan tingkat kemiskinan relatif rendah jika dibandingkan
dengan sekarang.
3. Periode
Reformasi (1998 – Sekarang)
Tahun
1998 adalah tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat
krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di Indonesia. Masalah
pokoknya adalah kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Saat itu
kebutuhan pokok harganya sangat melejit. Sehingga pada periode Reformasi, pemerintah
berusaha keras untuk menstabilkan kondisi ekonomi yang terpuruk. Salah satu
yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah ekonomi tersebut adalah
dengan melakukan perluasan lapangan kerja, penyediaan kebutuhan pokok untuk
memenuhi permintaan pada harga yang terjangkau, penyediaan fasilitas umum
seperti air minum, listrik, bahan bakar minyak, klinik kesehatan, obat-obatan,
buku untuk pendidikan umum dengan harga yang terjangkau.
Orang
bebas mengemukakan pendapat di muka umum, hal ini dapat berupa suatu tuntutan
dan koreksi tentang suatu hal. Demokrasi di era Reformasi berjalan dengan baik.
Rakyat mendapatkan haknya untuk memilih dan dipilih dengan bebas tanpa tekanan
dari siapapun serta dijamin keamanannya.
Namun,
masa Reformasi belum juga menjadikan kondisi masyarakat Indonesia lebih baik. Pembangunan
berkelanjutan belum menjadi kenyataan. Kondisi ekonomi belum menunjukkan hasil
yang memuaskan, pengangguran dimana- mana, tidak sedikit diantaranya adalah
lulusan perguruan tinggi. Ditambah dengan mahalnya biaya pendidikan, terutama
perguruan tinggi yang dirasakan melonjak selangit.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nusantara atau Indonesia
adalah negera terkaya dari segala sumber dayanya. Bangsa Eropa yang mengetahui kekayaan alam indonesia, langsung mengambil tindakan untuk
menguras nusantara. Mereka tahu bahwa karet, lada, rempah-rempah, jarak, emas,
batu permata, tersimpan dinegeri yang subur dan alamnya bersahabat ini.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa
(Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda) membawa pengaruh yang besar terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan Indonesia.
Diantara bangsa-bangsa Eropa yang menjajah Indonesia yang paling lama, yang
paling berat dan sangat menyakitkan adalah masa kolonial belanda. Karena,
masyarakat hidup dalam kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Tidak ada pertentangan
kebudayaan, dan bangsa pun dipecah belah persatuan dan kesatuannya.
Penjajahan di Indonesia manjadikan rakyat
terpuruk, salah satunya dibidang ekonomi dan pendidikan. Periode Orde Lama
(1945-1966) yang dipimpin oleh Presiden Soekarno lebih menitik beratkan pada
nasionalisme sentralisasi, komando dan kepentingan kolektif. Periode Orde Baru
(1966 – 1998) kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat Indonesia berjalan lebih
baik. Pada pemerintahan Soeharto (Orde Baru), Repelita dilaksanakan lima kali
selalu fokus pada sektor pertanian. Periode Reformasi (1998 – Sekarang) belum
menjadikan kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat Indonesia lebih baik namun
demokrasi dan HAM berjalan dengan sangat baik.
B.
SARAN
Dengan kemerdekaan yang telah diraih oleh para
pahlawan, kita harus mampu mengisi arti dari kemerdekaan itu sendiri. Dengan
cara bersedia menjadi penerus bangsa yang baik dan benar, juga dengan
memperbaiki pendidikan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya di Indonesia
supaya negara kita menjadi negara yang maju dan dapat dipandang segi baiknya
oleh negara lain di dunia.
Perubahan harus kita mulai dari sekarang.
Jangan sampai negara ini menjadi negara yang terpuruk seperti pada zaman
penjajahan. Kita harus siap merubah keadaan negara kita ini, kitalah penerus
bangsa ini, kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjadi penerus bangsa yang
gandrung akan keadilan. Tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang
tidak bisa dipandang rendah derajadnya, Indonesia adalah tanah air yang mampu disandingkan
dengan negara- negara maju di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyawati Ika, AMANDEMEN UUD 1945 dan PENGETAHUAN
UMUM, Buku Pintar, Yogyakarta, 2013, hal 98 & 114.
Nurdin Muhammad dkk, IPS SMP Kelas VII, Pusat Perbukuan, 2008, hal 232.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar